Merasa Sholat atau Sholat untuk Merasa?

                                MERASA SHOLAT ATAU SHOLAT UNTUK MERASA?



Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Merasa adalah proses indrawi yang dapat dirasakan anggota tubuh akibat aktifitas yang biasanya dilakukan secara sadar dan menimbulkan efek setelahnya.

Misalnya setelah merasa terlalu pahit, mulut kita akan mengeluarkan kembali obat yang telah diminum, sebaliknya karena menimbulkan rasa nyaman maka obat itu pun terus menerus di konsumsi tanpa memikirkan efek jangka Panjang.

Begitu hebatnya pengaruh rasa yang dialami manusia dengan kesadarannya sehingga munculah peribahasa Pengalaman adalah guru yang paling baik. Konsep ini mewarnai kehidupan kita bahkan dalam urusan beribadah kita, disadari atau tidak.

Contoh: 

1. Orang yang merasa telah mengerjakan shalat merasa sudah cukup layak untuk mendapatkan keselamatan dunia akhirat.

2. Orang yang merasa keberhasilan usahanya karena shalat yang tidak pernah ia tinggalkan akan menjaga shalatnya untuk menghindari kebangkrutan usahanya.

3. Orang yang merasa paling baik, suci dan beruntung ketika mendapati orang lain yang tidak mengerjakan sholat.

4. Orang yang merasa identitas kemuslimannya paling utama, bahkan mengalahkan pemahamannya tentang sholat  sebagai ibadah utamanya.

Dalam perspektif manusia/ mahluk,nilai kebaikan itu kerap sekali bergantung seberapa besar manfaat yang kita rasakan,buktikan, dan terlihat secara nyata.

Di sisi lain Allah SWT menilai Aqidah manusia dilihat selain dari niatnya, juga seberapa paham ia tentang ibadah yang dilakukannya sehingga dapat diamalkannya dengan tujuan mengenal Tuhannya.

Allah berfirman dalam Al Quran Surat Al Maun:4

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ۝٤

Artinya: 

Celakalah orang yang sholat

Dalam surat ini Allah memberi ancaman kepada orang- orang yang mengerjakan sholat pada satu sisi saja, sebatas pada ucapan, gerakan lahiriyah saja tanpa memahami hakikat dari sisi bathiniyahnya.  Ibarat raga tanpa ruh.

Hal-hal pemahaman sholat terkait dengan makna posisi, unsur dan tujuan yang mendasari ibadah sholat itu menjadi tidak penting ketika manusia sudah merasa melaksanakan sholat sebagaimana yg dipahami ketika belajar sholat disekolah  tingkat dasar atau madrasah ibtidaiyah. Akankah pemahaman level dasar ini berhenti disini dan akan terus kita pertahankan sampai ujung hayat kita, sahabat taubi? Bukankah pemahaman melalui belajar dan berpraktek sama wajibnya? 

Bagi kita yang hanya merasa sholat,  tidak berfikir bahwa sholat itu adalah diri kita sendiri, jalan hidup yang kita lalui. Bahkan Allah telah gambarkan dalam anggota tubuh kita. Lantas bagaimana mungkin kita bisa memperlakukan diri kita, sesuatu yang tidak kita kenali? Persamaannya mungkin antara yang melihat dan buta. Tiadalah sama orang yang melihat dengan orang yang buta? Yang lebih  tragis lagi ketika satu orang yang buta membimbing jalan teman lainnya yang sama-sama buta, bukankah keduanya akan berakhir di selokan?

Terkait dengan sholat untuk merasa tentunya, kita harus kembali kepada apa tujuan sholat untuk mengingat Allah. Mengenai hal ini, mungkin kita bisa merujuk pada firman Allah dalam Al Quran Surat Thaha:14

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ ۝١

Artinya:

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku. 

Kesimpulan:

  1. Merasa berperan penting dalam menentukan dan mengambil keputusan, perangkat pembentuk pengalaman manusia.
  2. Allah SWT mengancam orang yang merasa sholat tanpa belajar dan memiliki landasan pemahaman sholat didua sisi. 
  3. Tujuan shalat adalah zikir, mengingat Allah SWT.

Ahamdulillahi Rabbil’ Alamin

Innalillahi Wainnailaihi Rajiuun…

Wallahualam Bishawab

Assalamualaikum Wr wb




No comments:

Powered by Blogger.