CCTV TUHAN

 CCTV TUHAN



Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat Taubi kata CCTV sering kita temui di area pertokoan, pusat perbelanjaan, perkantoran dengan tulisan “ruangan ini dilengkapi dengan CCTV”. Yang kalau di artikan secara bahasa gaul “Lo jangan macam-macam”. Karena memang hadirnya perangkat elektronik ini adalah untuk memonitor segala bentuk aktifitas, memantau kinerja karyawan, mengantisipasi kegiatan- kegiatan kriminal, dll. Tidak cukup sampai disitu, dengan kemajuan teknologi saat ini CCTV sudah di bekali kemampuan mengenali objek (Object Recognition) dan teknologi AI (Artificial Intelligence). Dengan perangkat ini maka mau tidak mau  kesadaran, kepatuhan, kedisiplinan orang akan terbangun untuk berfikir dua kali ketika ingin melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Hal ini desebabkan adanya perasaan yang selalu diawasi.

Fenomena ini adalah contoh sindiran nyata kepada manusia bahwa ternyata kita lebih meyakini, patuh dan taat pada hal-hal yang bersifat nyata dan dapat dilihat ketimbang hal- hal yang bersifat abstrak.

Kalaulah manusia ciptaan tuhan bisa menciptakan teknologi yang canggih, maka tentulah yang menciptakan manusia;  Allah SWT memiliki teknologi yang jauuh lebih canggih bahkan tak terbayangkan, melampaui kecerdasan otak manusia.

Sahabat Taubi, kesadaran yang disebabkan oleh  merasa selalu diawasi sebenarnya adalah masalah konektivitas, tersambung atau tidak tersambungnya manusia dengan hal-hal yang dianggapnya mengawasinya. Ketika manusia tersambung dengan makna tulisan “Awas CCTV,! atau langsung melihat perangkat cctv tsb , maka ia akan berhati-hati dalam bertindak. Hal ini akan terus berlanjut sehingga menjadi kebiasaan. Kepatuhan/ kesadaran yang bersyarat. Sadar ketika ada yang terlihat mengawasi atau menjadi tidak patuh ketika merasa tidak ada yang memperhatikan. Bagi yang muslim mungkin akan merasa sangat di awasi ketika melakukan ibadah shalat sehingga sangat berhati-hati dan penuh konsentrasi. Nah apakah Allah hadir ketika kita melakukan ibadah khusus saja, seperti sholat misalnya? 

Sahabat Taubi siapakah yang maha mengawasi dan memiliki pengetahuan?

Kalau sikap kita terbentuk karena proses kebiasaan yang kita terima dan lakukan, mengapa kita tidak berfikir dan tergerak untuk menjadi manusia yang selalu merasa di awasi dengan atau tanpa hal-hal nyata yang mengawasi kita? Hal ini memang mudah diucapkan tapi tak semudah melaksankannya bukan?

Sahabat Taubi, bukankah hadirnya kita kedunia ini adalah atas kehendak Allah SWT? Lantas bagaimana kita bisa menjalani kehidupan kita, melakoni peran kita di dunia ini kalau kita sendiri tidak terkoneksi secara intens dengan Allah SWT.

Dari fenomena di atas, betapa kita, manusia selalu disibukkan dengan perbuatan, sikap dan tingkah laku yang nampak agar terlihat paripurna, tanpa pernah berfikir tentang perbuatan hati kita

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW menyatakan:


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ». رواه مسلم

Artinya:

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian”. HR. Muslim.

Seluruh aktifitas kita hakikatnya adalah shalat. Dan shalat itu intinya adah zikir, mengingat Allah SWT

Konektivitas dengan sang pencipta dibangun dengan berzikir. Dan Allah SWT telah menganugrahi manusia di dalam dirinya dengan media yang menghubungkannya dengan Tuhannya. Yang apabila ini baik maka baiklah amal perbuatannya dan sebalikny apabila ini rusak maka buruklah amal perbuatannya.

Inilah qolbu, CCTV Tuhan yang jauh lebih canggih dari CCTV buatan manusia. Kecerdasannya melampaui teknologi AI, ketajamannya bisa menyingkap rahasia Tuhan, melahirkan rasa terhubung yang terus menerus tanpa syarat, menimbulkan rasa ketenangan yang sebenarnya, dll. Kalau CCTV manusia hanya bisa mengawasi,  merekam gerak dan suara. Maka alat yang disematkan dalam diri kita ini justru memberi kesempatan bagi kita untuk berkomunikasi dua arah, bertanya langsung dengan sang maha pengawas manusia, Allah SWT.

Suatu ketika  Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya beliau bersabda :

وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمالِكُمْ ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ ، وَخَيرٍ لَكُمْ مِنْ إنْفَاقِ الذَّهَبِ والفِضَّةِ ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أعْنَاقَكُمْ ؟ )) قَالَوا : بَلَى ، قَالَ : (( ذِكْرُ الله تَعَالَى )) . رَوَاهُ التِّرمْذِي ، قَالَ الحَاكِمُ أَبُو عَبْدِ الله : (( إِسْنَادُهُ صَحِيْحٌ ))

Artinya:

Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mauhkah kuberitahukan kepada kalian amal yang paling baik dan paling suci menurut Rabb kalian, dan yang paling tinggi derajatnya untuk kalian, juga lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kalian lalu kalian menebas batang leher mereka dan mereka membalasnya?” Para sahabat berkata, “Tentu mau.” Beliau menjawab, “Dzikir mengingat Allah.” (HR.Tirmidzi)

Sahabat Taubi marilah kita belajar kepada ahli zikir, para ulama pewaris keilmuan baginda Rasulullah SAW yang juga mengajarkan rahasia ilmu sholat sebagai alat penghubung kita dengan Allah SWT.

Kesimpulan:

1. Kesadaran yang diawali dengan perasaan diawasi menimbulkan sikap kehati-hatian dan kesadaran.

2. Qolbu manusia jauh melebihi kecerdasan alat pengawas buatan manusia

3. Konektivitas manusia dengan Tuhannya adalah melalui shalat dan zikir.


 Ahamdulillahi Rabbil’ Alamin

Innalillahi Wainnailaihi Rajiuun…

Wallahualam Bishawab

Assalamualaikum Wr wb




No comments:

Powered by Blogger.