PRASANGKA

                                                                     PRASANGKA

                                                                                


Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nahl:78: 

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝٧

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur (An Nahl:78)

Kemampuan akal dan perasaan manusia yang terbatas dalam menyikapi segala kejadian sebagai Rahmat yang harus disyukuri tidaklah sesederhana yang dilisankan.

Apa yang kita lihat dari orang lain dan sekitar kita, dan sebaliknya, apa yang dilihat orang lain dari diri kita pada dasrnya adalah informasi, dimana mata atau penglihatan berperan penting sebagai pintu gerbang masuknya informasi tsb. Informasi ini selanjutnya diproses dalam akal fikiran sehingga menghasilkan kesimpulan dan penilaian. Penilain akan rasa suka atau tidak suka tanpa alasan yang jelas dan pengenalan yang lebih mendalam ini di sebut prasangka. Hadir sebatas pemikiran, terartikulasikan melalui ucapan, atau dinyatakan dalam perbuatan.

Allah SWT bersengaja menciptakan manusia bersangka baik dan buruk tentu memiliki hikmah yang besar agar manusia mengenali dirinya dan yang terpenting agar tetap berprasangka baik kepada Allah SWT atas segala kejadian yang Allah jadikan.

Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

Allah berfirman sebagai berikut:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”

Dalam tiap individu terdapat Nur Muhammad, ilmu Tuhan, sehingga dalam tiap prasangka manusia pada hakikatnya adalah titik pandang Tuhan (God’s Point of View). Istilah ini mengacu pada konsep Musyahadah, saling menyaksikan antara Tuhan dan ciptaan Nya.

Namun, karena sifat dasar manusia yang lalai dan tergesa-gesa mengakibatkan kita lupa untuk mengembalikan segala prasangka kepada pemiliknya, Allah SWT. Kita hanya mengandalkan akal pikiran yang ada di kepala untuk mengikuti dan menguatkan prasangka itu dalm diri kita..

Akankah penilaian akan baik dan buruk hanya mengandalkan mata kita yang sering salah melihat, lisan yang sering salah berucap, begitu juga telinga? Lantas dimana sejatinya mata, pendengaran, akal manusia berada? 

Manusia dan segala perbuatan merupakan Afalullah. Dengan pemahaman ini sesungguhnya tiadalah siapapun memandang apapun kecuali pasti hanya memandang kepada Tuhan.

Maka lazimkanlah kalimat:  إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ atas segala prasangka baik yang dating dari luar maupun dalam diri. 


Ahamdulillahi Rabbil’ Alamin

Innalillahi Wainnailaihi Rajiuun…

Wallahualam Bishawab

Assalamualaikum Wr wb


Referensi:

https://www.taubi.my.id/2023/08/titik-pandang-tuhan.html









No comments:

Powered by Blogger.