Beriman Kepada Allah. Benarkah?

                                                 Beriman Kepada Allah. Benarkah?



Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kata beriman dibentuk dari kata iman dan awalan ber- yang berarti memiliki. Sedangkan kata iman sendiri berasal dari bahasa Arab; aman, yu’minu, imanan yang berarti ‘percaya. Dalam pengertian lain iman bermakna ‘tashdiq’ yaitu’pembenaran.’Secara istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan perbuatan atau anggota tubuh. 

Pembahasan ini begitu pentingnya sehingga menjadi Hadist pertama pada bab Tauhid yang di tulis oleh Imam muslim. Bagaimana Jibril merubah wujudnya sebagai seorang lelaki yang mendatangi Rasulullah ketika beliau berkumpul dengan para sahabat  dan mengajukan pertanyaan tentang Islam, Iman, Ihsan, dan hari Akhir (As-sa’ah)

Beriman kepada Allah berarti percaya kepada Allah. Percaya kepada yang maha Ghaib.

Sebagai mahluk yang tidak bisa terlepas dari prasangka tentu tidak sesederhana itu untuk mempercayai sesuatu. Percaya terhadap sesuatu tentunya diawali dengan mengetahuinya, mengenalinya, mempercayainya sampai pada mengimaninya. 

Pertanyaannya adalah Bagaimana bisa kita mengatakan kita percaya kepada Allah,  sesuatu yang tidak kita ketahui apalagi kenali? Tahu dan kenal adalah dua hal yang berbeda.

Atau jangan-jangan kita hanya sebatas mengetahui atau mengikuti dogma/taklid semata sebagaimana orang kebanyakan lakukan?

Dalam hal ini Sayyidina Ali Berkata, "Aku tidak akan mengabdi kepada sesuatu yang tidak aku kenal”.

Hal ini dikisahkan dalam Alquran, Surat Al Hujarat: 14-15

Artinya: 

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S Al Hujarat: 14-15).

Bahasan tentang iman berkaitan dengan hal-hal kebatinan/ ruhaniyah yanng tentunya dajarkan oleh orang-orang yang telah Allah amanahkan. Merekalah para ulama ahli silsilah pewaris para Nabi. Oleh karena itu jika kita tidak paham maka carilah dan bertanyalah pada ahlinya yang memahami tentang hakikat iman serta bagaimana cara beriman. Hal ini menjadi penting karena iman adalah modal dasar  pengenalan terhadap Allah SWT, khususnya bagi siapa saja yang mengaku muslim.

Kesimpulan:

1. Iman itu tidak hanya terbatas pada ucapan, namun dibenarkan oleh hati dan diamalkan dengan perbuatan atau anggota tubuh. 

2. Beriman yang sebenarnya berangkat dari pengenalan bukan semata-mata karena kepatuhan terlebih takliq.

3. Beriman tanpa menyaksikan dan disaksikan adalah dusta. Maka carilah ahli ruhaniyah pewaris ilmu kenabian untuk memperoleh pemahaman yag hakiki tentang sebenar iman. 


Ahamdulillahi Rabbil’ Alamin

Innalillahi Wainnailaihi Rajiuun…

Wallahualam Bishawab

Assalamualaikum Wr wb

No comments:

Powered by Blogger.